Tim arkeolog multinasional menemukan sisa kerangka manusia yang kehilangan kaki kiri bagian bawah, di situs gua batu kapur di Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur.
Dugaannya, itu menunjukkan adanya praktik amputasi atau operasi bedah, sehingga kemungkinan sudah ada keahlian medis tingkat lanjut di daerah hutan hujan tropis 31 ribu tahun yang lalu.
Tim arkeolog gabungan dari Indonesia dan Australia tersebut menemukan rangka yang bagian kirinya lebih pendek itu saat menggali di Liang Tebo yang merupakan sebuah gua batu kapur di Sangkulirang-Mangkalihat, pada 2020.
Lokasi gua tergolong terpencil karena hanya dapat diakses dengan perahu pada waktu-waktu tertentu dalam setahun.
Melandri Vlok, bioarkeolog dari University of Sydney, menyimpulkan bahwa anggota badan itu telah diamputasi melalui pembedahan beberapa tahun sebelumnya.
Tepatnya ketika individu tersebut masih anak-anak dan adanya pertumbuhan tulang yang berhubungan dengan penyembuhan.
Menurut Vlok, kejutan besar bahwa pemburu purba itu selamat dari operasi yang sangat serius yang dapat mengancam keselamatannya.
“Bahkan bekas lukanya pun telah tertutup dengan baik,” katanya dalam Rilis Media Publikasi yang dihelat daring melalui Zoom dan kanal YouTube, Kamis 8 September 2022.
Vlok dkk telah mempublikasikan temuan dan hasil studi mereka itu dalam jurnal Nature yang terbit online pada Rabu, 7 September 2022.
Di sana disebutkan pemilik rangka bertahan hidup 6-9 tahun setelah amputasi.
Itu diketahui berdasarkan teknik penanggalan pakai radiokarbon yang dilakukan tim penelitinya terhadap enamel gigi yang ditemukan.
Tim Maloney dari Pusat Riset Evolusi Manusia di Griffith University, anggota tim, memaparkan kalau penelitian arkeologi di wilayah Eurasia dan Amerika juga pernah menemukan tulang manusia yang menunjukkan tanda-tanda adanya operasi amputasi pada zaman prasejarah.
Dia menyebut contoh lubang yang dibor di bagian tengkorak (trepanasi).
Dan, sebelum temuan di Liang Tebo, bukti tertua adanya operasi amputasi pada manusia berasal dari kerangka berumur 7.000 tahun dari seorang petani Zaman Batu di Perancis yang pulih setelah lengannya dipotong.
Artinya, Maloney membandingkan, kerangka yang ditemukan di Liang Tebo merupakan bukti operasi amputasi tertua.
Pindi Setiawan, anggota tim riset asal Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, menyebutkan bahwa temuan ini memperkuat bukti kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai World Heritage.
Sedangkan peneliti di Pusat Riset Arkeometri BRIN, juga di Griffith University, Adhi Agus Oktaviana, mengungkap kalau dinding Liang Tebo juga memuat 54 motif gambar, sebagian besar adalah cat tangan dan beberapa darinya sudah mengelupas.
Sofwan Noerwidi dari Kelompok Riset Paleoantropologi di Pusat Riset Arkeometri, BRIN, merefleksikan kompleksitas sosial masyarakat pemburu pengumpul pada periode Pleistosen Akhir sekitar 31 ribu tahun lalu di Nusantara.
“Penanganan kondisi kesehatan melalui operasi amputasi mengindikasikan bahwa masyarakat pemburu pengumpul berusaha mempertahankan komposisi jumlah anggota mereka untuk dapat bertahan di hutan hujan tropis dengan segala potensi bahayanya,” kata Sofwan seperti dikutip dari siaran pers ‘Penemuan bukti operasi amputasi paling awal pada zaman batu’.
Kepala Organisai Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra BRIN, Herry Yogaswara, mengatakan hasil penelitian yang tertuang dalam jurnal berjudul “Surgical amputation of a limb 31,000 years ago in Borneo” membuktikan wilayah Indonesia sejak lama memberikan kontribusi penting terkait pengetahuan evolusi manusia.
ZAHRANI JATI HIDAYAH (LIVESCIENCE, NATURE)