Dr.
Michael Triangto, Sp.KO dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) tidak menganjurkan olahraga secara berlebihan karena dapat berisiko bagi jantung.
Ia menjelaskan olahraga berat secara berlebihan dapat menghasilkan radikal bebas yang dalam batas tertentu menjadi tidak baik bagi tubuh sendiri, termasuk membahayakan jantung.
“Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan radikal bebas yang sangat berlebihan yang dampaknya malah merusak jantung,” kata Michael.
Ia mengatakan olahraga yang baik untuk kesehatan jantung sebetulnya yang bersifat kardio atau aerobik, yang dilakukan dengan gerakan berulang-ulang, intensitas ringan, dan waktu melakukannya panjang atau berkelanjutan.
Jenis olahraga kardio di antaranya berjalan kaki, bersepeda, berenang, naik gunung, jogging atau lari santai, hingga berlari dalam intensitas biasa atau sedang.
Sementara itu, ada pula lari jarak jauh atau maraton, yang dapat bermanfaat untuk kesehatan jantung namun berisiko menimbulkan masalah apabila tidak dilakukan secara tepat.
Michael juga menyoroti kasus kematian mendadak yang terjadi dalam lomba-lomba lari maraton, jenis olahraga yang termasuk dalam kategori berat.
“Masyarakat bahkan masih kerap berpikir bahwa olahraga yang semakin berat maka semakin sehat.
Padahal, anggapan tersebut tidak benar,” ujarnya.
Pemisahan kategoriDalam lomba lari maraton, Michael menilai orang yang bukan atlet profesional justru lebih rentan terhadap terjadinya kondisi-kondisi yang tidak diinginkan karena masih banyak yang belum menyadari kapasitas dan kesiapan diri sendiri.
“Secara umum, olahraga memang baik untuk kesehatan namun perlu digarisbawahi bahwa aktivitas olahraga juga harus dilakukan secara tepat dan dipersiapkan secara baik,” katanya.
Ia menilai olahraga jenis pertandingan seperti setengah maraton dan maraton termasuk dalam kategori berat sehingga perlu persiapan matang.
“Bagi yang siap tentunya hal itu tidak jadi masalah.
Namun bagi yang kurang persiapan, hal itu dapat menjadikan bahaya, bisa jadi petaka, karena itu perlu persiapan yang jelas,” katanya.
Ia menganjurkan masyarakat melakukan tiga pemeriksaan terlebih dulu sebelum mengikuti lomba lari, yaitu tes elektrokardiogram (EKG) untuk merekam aktivitas listrik jantung, tes treadmill untuk melihat kinerja jantung saat menjalankan aktivitas fisik, serta tes laboratorium untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini.
“Apakah (lomba lari) cuma orang-orang yang benar-benar sehat saja yang boleh? Betul.
Kalau dia sakit tapi (sekarang) dalam kondisi sehat, ingin ikut cuma sekadar partisipasi saja, boleh.
Di situlah bukan hanya dokter yang memeriksa, panitia harus menyediakan sarana-sarana pertandingan yang sesuai dengan yang bersangkutan,” jelasnya.
Adapun persiapan-persiapan yang perlu dilakukan pihak panitia lomba lari mulai dari mewajibkan surat keterangan sehat yang valid bagi peserta, menyiapkan dokter dan tenaga kesehatan yang berkualifikasi di setiap pos, menyiapkan kecukupan ambulans, hingga memastikan ketersediaan air di setiap pos.
Michael juga menyarankan agar dilakukan pemisahan atau pengelompokan kategori lomba lari sehingga kondisi kesehatan peserta lebih mudah diidentifikasi.
Misalnya, pengelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin, atau antara pelari nonprofesional dan profesional.